Filosofi Billiard

Belakangan ini, saya punya kebiasaan yang asyik bareng teman-teman: main biliar, sebuah permainan yang mengharuskan pemain menyodok cue ball dengan stik panjang agar mengenai target ball hingga masuk ke pocket.

Kesenangan saat memasukkan target, kegembiraan saat memenangkan duel, dan kepuasan saat mengolok-olok teman adalah salah tiga dari banyaknya alasan mengapa biliar menjadi permainan yang kami gemari.

Di luar itu, syarat main biliar relatif simpel. Kita enggak perlu mengajak 11 orang, pakai sepatu air jordan, atau minum suplemen penambah massa otot. Cukup datang ke tempat dan bayar, semua alat sudah disediakan. Mau bawa alat pribadi? Asal enggak bawa meja sendiri, kita enggak akan dilarang. Lagian, ngapain kalian bawa meja sendiri?

Alasan lainnya adalah main biliar sangat minim risiko cedera. Mustahil banget ACL kita putus, kena dislokasi tulang, atau kejatuhan beban karena mau flexing di media sosial tapi fisik enggak mumpuni. Sejauh ini, cedera terparah yang saya alami adalah nyeri biji karena kena cue ball yang disodok sembarangan oleh teman saya. Saya hanya menangis selama 20 menit.

Image by: Dhio Bernawan (Pemain Biliar Yatim-Piatu)

Hal menarik di balik kesederhanaan main biliar adalah betapa sulitnya menentukan akurasi, padahal itu merupakan kunci utama permainan (selain keberuntungan). Harus ada keserasian pikiran, perasaan, dan gerakan saat menyodok cue ball agar mengenai target ball dan mengantarnya masuk ke pocket. Dari pengalaman saya dan teman-teman, meski kami sudah membidik mati-matian, memperbaiki posisi tangan saat ancang-ancang, dan yakin seratus persen cue ball mengarah tepat ke sasaran, sering kali cue ball menuju ke tempat yang tidak diinginkan; kadang belok sedikit, kadang mental ke luar meja, dan kadang nyasar ke biji orang.

Berhasrat punya skill mumpuni, di suatu malam saya menonton video Efren Reyes, mantan atlet biliar profesional asal Filipina, di Youtube. Dari satu video, saya terhanyut hingga ke puluhan video. Saya takjub tak karuan dengan permainannya, pantas dia disebut “The Magician”, karena permainan indahnya seolah-olah menganggap biliar bukan perkara sulit. Entah bagaimana dia bisa memasukkan target ball tanpa effort, dan betapa mudahnya dia menentukan arah pantulan cue ball setelah mengenai target ball agar cue ball berhenti di posisi yang menguntungkan. Saya dan teman-teman tentu pernah melakukan hal semacam itu, tapi karena keberuntungan belaka. Nah, beliau melakukannya berkali-kali. Mustahil itu disebut keberuntungan. Usai menonton puluhan videonya, saya mengurungkan niat untuk punya skill mumpuni, sepertinya mustahil. Saya jadi pemain biliar biasa-biasa saja, deh. Semua orang punya kelebihan masing-masing.

Filosofi Billiard

Image by: gastonbachelard.org

Esoknya, saya main biliar bersama teman-teman. Segala bentuk kebodohan tergambar jelas dalam permainan kami. Jujur, karena melihat permainan asal-asalan kami setelah menonton permainan indah Efren Reyes, saya sedih. Selama kami bermain, permainan Efren Reyes menghantui benak saya. Saya penasaran tentang bagaimana dia bisa mengatur jalannya permainan sementara saya dan teman-teman dipermainkan oleh permainan itu sendiri.

Tenggelam dalam isi kepala sendiri, saya malah menyamakan biliar dengan kehidupan, yang mana saya tidak bisa mengendalikan apa yang akan terjadi pada kehidupan saya. Tentu ada hal-hal yang bisa saya persiapkan agar kehidupan berjalan sesuai apa yang saya mau. Misalnya, agar bangun pukul lima pagi, saya memasang alarm di ponsel. Namun, bagaimana dengan orang yang bisa mengendalikan kehidupannya seperti yang Efren Reyes lakukan dalam permainan biliar?

Sebelum sempat memikirkannya, pikiran saya tersadar karena gelak tawa teman-teman akibat kebodohan mereka. Permainan berlanjut. Saya membandingkan permainan teman-teman dengan Efren Reyes, lalu muncul secuil opini yang menyentil kepala saya: Jangan-jangan ada filosofi di balik permainan ini.

Bosan melihat duel teman-teman saya yang tidak berkembang, saya meminta bantuan ChatGPT. Tanpa prompt ribet yang biasanya dijual di kelas-kelas online, saya mengetik: “Filosofi Billiard.”

It is a concept introduced by the French philosopher, Gaston Bachelard, in his book, “The Philosophy of No: A Philosophy of The New Scientific Mind” (1953). It’s a metaphorical exploration of how billiards can represent the principles of determinism and causality in the universe. Bachelard uses the game of billiards to discuss the idea of determinism, where the movement of each ball is determined by the foce and angle of the cue ball, symbolizing how events in the universe are interconnected and influenced by preceding events.

Membaca teori itu, saya kembali mengetik: “Terjemahkan dalam bahasa Indonesia.”

Intinya, Gaston Bachelard menjelaskan prinsip-prinsip determinisme dan kausalitas di alam semesta dengan permainan biliar sebagai metafora. Determinisme memandang setiap peristiwa di alam semesta ditentukan oleh kondisi sebelumnya, tanpa sebuah kebetulan atau kehendak bebas. Dalam permainan biliar, determinisme digambarkan dengan gerakan-gerakan cue ball yang sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan dan akurasi saat disodok. Maka, setiap gerakan cue ball disertai penyebab yang jelas. Sementara itu, kausalitas memandang suatu peristiwa disebabkan oleh peristiwa lain, atau hubungan sebab-akibat. Contohnya, saat cue ball menghantam target ball, target ball akan bergerak, menabrak target ball lain, atau masuk ke pocket. Maka, setiap gerakan target ball adalah hasil dari gaya yang diberikan cue ball.

Dalam filosofi ini, Bachelard menganggap setiap kejadian di alam semesta saling berhubungan. Tidak ada peristiwa yang berdiri sendiri, semuanya berasal dari serangkaian sebab akibat. Selain itu, Bachelard pun menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan yang kompleks dapat dijelaskan dengan analogi sederhana.

Filosofi Billiard dalam Kehidupan Sehari-hari

Teori yang dikemukakan oleh Gaston Bachelard sangat berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Pada prinsip determinisme, misalnya, stabilitas finansial kita di masa depan pasti lebih terjaga apabila kita menabung dan berinvestasi dengan benar. Pada prinsip kausalitas bisa digambarkan dengan pola makan kita, yang mana makanan dan minuman tinggi gula yang terus dikonsumsi meningkatkan risiko diabetes. Maka, sebaiknya sering konsumsi makanan dan minuman sehat, juga rutin berolahraga.

Dengan begitu, bisa disimpulkan permainan indah Efren Reyes selaras dengan konsep determinisme dan kausalitas yang dijelaskan oleh Gaston Bachelard. Dengan kekuatan dan akurasi dorongan yang tepat, Efren Reyes berhasil mengatur jalannya permainan sesuka hati. Di sisi lain, dengan kekuatan dan akurasi dorongan yang sembrono, saya dan teman-teman dipermainkan oleh permainan itu sendiri. Seperti kehidupan, kalau kita sudah melakukan sesuatu dengan tepat, kemungkinan besar impian-impian kita yang sebelumnya hanya sebuah rencana bisa terealisasikan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: 12 Angry Men (1957) - Kenapa Dua Belas Pria Ini Marah?

Menapaki Merbabu